Kontan Online
PHOTO STORY / REG

Nasib kawasan konservasi lutung jawa Muaragembong

Kamis, 20 Februari 2020


Suara mesin diesel perahu nelayan mulai terdengar sayup-sayup di Kecamatan Muaragembong. Para pemilik perahu wisata berteriak bersaut-sautan menawarkan jasa menuju kawasan mangrove di Kampung Muara Bendera.

Sesampainya di kawasan yang juga menjadi lokasi konservasi lutung jawa (Trachypithecus auratus) tersebut, pengunjung harus berjalan melewati jembatan kayu yang sudah tua dan reyot serta rumah kayu yang sudah terlihat dari pinggir laut saat perahu menepi.

Daman (37), seorang warga Kampung Muara Bendera yang menjaga daerah tersebut menyambut kedatangan pengunjung. Dia menjelaskan kepada pengunjung biasanya pada siang hari merupakan waktu bagi lutung jawa mencari makan dan minum.

Tak lama berselang, puluhan primata tersebut turun dari pohon untuk mencari air tawar di bak yang sudah disiapkan ole pria bertubuh kurus tersebut.

Menurut Daman hingga tahun 2014, banyak terjadi praktik perburuan lutung jawa menggunakan senapan.

Para pemburu biasanya berpura-pura berkemah di sekitar area konservasi sambil membawa senapan untuk menembaki lutung di atas pohon, ujar Daman.

Lutung Jawa biasanya hidup secara berkelompok tujuh hingga 20 ekor. Selain perburuan ilegal, faktor penyusutan kawasan hutan mangrove yang berdampak pada berkurangnya sumber makanan lutung menyebabkan hewan dilindungi tersebut banyak yang ditemukan mati karena berkelahi berebut makanan.

Wilayah Muaragembong seluas 11 ribu hektare, sebelumnya telah ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung, namun berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 475 Tahun 2005, separuh kawasan yang berada di paling ujung Kabupaten Bekasi tersebut dibuka untuk hutan produksi.

Semakin menyusutnya wilayah kawasan konservasi Muaragembong menjadi ancaman terbesar karena banyaknya pembukaan lahan untuk dijadikan tambak hingga mendekati pinggir pantai.

Foto dan teks: ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah

PHOTO STORY LAINNYA