Kontan Online
PHOTO STORY / REGIONAL

Parade 1001 Kuda Sandalwood

Minggu, 30 Juli 2017


"Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh, sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua dan bola api, merah padam membenam di ufuk teduh".

Demikianlah sepenggal puisi karya Taufik Ismail seorang penyair serta sastrawan Indonesia yang sangat mencintai pulau Sumba yang mempunyai keunikan akan kuda sandel atau kuda sandalwood-nya.

Selama sepekan penuh sejak tanggal 4-13 Juli 2017 Pemerintah Nusa Tenggara Timur menggelar even Parade 1001 Kuda Sandalwood di Empat kabupaten berbeda di pulau Sumba.

Parade 1001 Kuda Sandalwood digelar di pulau itu dalam rangka memperkenalkan potensi kuda sandel yang mulai hilang namanya dan juga dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan ke NTT khususnya pulau Sumba.

Ratusan kuda dihias sedemikian rupa sehingga terlihat indah dipandang mata. Selain itu para joki juga mengenakan pakaian adat, disertai dengan parang khas Sumba yang disebut dengan Katopo.

Peserta Parade 1001 Kuda Sandalwood di setiap Kabupaten jumlahnya mencapai 250 ekor kuda. Berbeda dengan di saat penutupan parade yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo bersama ibu negara Iriana Jokowi.

"Saya berharap agar parade ini tetap dijaga karena ini merupakan kegiatan unik yang dapat mendatangkan banyak wisatawan ke daerah ini," kata Jokowi saat menghadiri Parade 1001 Kuda Sandalwood di Sumba Barat Daya.

Kehidupan masyarakat di daratan pulau Sumba tidak pernah terlepas dari kuda. Kuda yang berada di Sumba adalah kuda jenis sandel yang hanya berada di pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Kuda bagi masyarakat Sumba mempunyai peranan besar dalam seluruh siklus kehidupan masyarakat di daerah itu, baik itu sejak lahir hingga meninggal dunia.

Budayawan Sumba, Pater Robert Ramone CSsR mengatakan jika dilihat dari kebutuhan khususnya dalam bidang transportasi, kuda sering digunakan atau dimanfaatkan untuk mengantar berbagai hasil pertanian untuk dijual di pasar atau di perkotaan.

Di samping itu, menurut pria pendiri dan pengelola rumah budaya Sumba ini, dalam hal pernikahan kuda menjadi mahar atau mas kawin yang dibayarkan oleh pihak pria kepada pihak wanita. Kuda juga disimbolkan sebagai yang perkasa dan tangguh.

Oleh karena itu, tidak heran jika banyak orang-orang Sumba khususnya para raja di daerah itu selalu mempunyai kuda karena menunjukkan ketangguhan dan kewibawaan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Foto dan Teks: Kornelis Kaha

PHOTO STORY LAINNYA