Kontan Online
PHOTO STORY / REGIONAL

Hikayat si gasing berpusing

Senin, 09 Januari 2017


...asalnye darilah kayu

ditarah bentok tetentu

die diberi namelah gasing

kate tokoh-kate tokoh

carenye bermaen gasing

diputar dengan tali ares

gaseng mainan anak Melayu

turun temurun sejak dulu

Oiii bedengung-dengung

haii kawan jangan lah bingung

haiii gasing.. bepuseng-puseng..

Sayup-sayup lirik lagu Gasing karya seniman Melayu, Ribut Suryadi didendangkan sejumlah bocah di Kampung Dato, Tanjunginang, Kepulauan Riau. Di setiap tangan bocah-bocah itu terlilit seutas tali yang terbuat dari kulit pohon bebaru untuk memutar gasing jantung.

Gasing adalah permainan tradisional Melayu Tua yang hampir ada di semua wilayah Asia Tenggara dengan ciri khas masing-masing. Di Indonesia hampir di seluruh penjuru Nusantara pun memiliki tradisi yang berbeda mengenai permainan ini, dengan nama yang berbeda.

Untuk melestarikan budaya permainan gasing, kini dimunculkan kembali perlombaan gasing resmi dalam setiap Festival Budaya Melayu, seperti yang dilakukan pemda Riau dalam Festival Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu.

Menurut cerita yang berkembang, gasing diilhami dari salah satu jenis alat perburuan yang berbentuk bulat dan pipih. Alat tersebut diikat dengan tali, lalu dilempar ke arah sasaran buruan, kemudian ditarik lagi. Ketika dilemparkan, alat tersebut berputar dengan kencang sebelum mengena sasarannya. Alat ini banyak diminati oleh para pemburu, karena sangat akurat mengenai sasaran buruan.

Semenjak itu, perburuan selalu dilengkapi dengan alat ini sehingga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan para pemburu, sehingga memberikan inspirasi pemburu membuat sejenis permainan untuk mengisi waktu luang.

Sedangkan ide permainan gasing dari permainan ‘adu telur’ yang dimainkan anak-anak dengan cara diputar dan diadu antara satu dengan lainnya. Cara ini akhirnya diadaptasikan pula pada kayu yang dibentuk seperti telur, di bawahnya ditancapkan paksi, sejenis paku besi agar dapat diputar lama dan seimbang di atas lantai, permainan ini telah dibakukan menjadi salah satu cabang permainan gasing.

Berdasarkan peraturan Permainan Gasing yang dikeluarkan oleh Asean Gasing Asociation (AGA) tahun 2003 lalu, ada beberapa aspek dalam permaian gasing antara lain, jumlah pemain, terdiri dari permainan beregu (empat orang per regu, 1 orang cadangan), ganda (2 orang, 1 cadangan) dan tunggal. Jenis permainannya ada dua yaitu Uri (menilai lama waktu berputar) dan Pangkah (menilai lama waktu berputar setelah gasing dipangkah atau dipukul oleh pemain lawan). Sedangkan berat gasing yang diperbolehkan yaitu 300 - 600 gram, ukuran keliling lingkaran 36-46 cm, tinggi 8-12 cm. Gasing yang dilombakan biasanya berbentuk jantung, piring, guci atau berembang.

Endi Aras, penggagas Festival Gasing Nusantara menuturkan gasing memiliki nilai filosofi yang bisa diterapkan dalam berkehidupan. Gasing dibuat dengan proporsi bobot yang seimbang, dan bentuknya pun tidak boleh cacat sebelah, agar saat diputar pun akan bertahan lama. Hidup pun seperti itu, jika bisa menyeimbangkan kehidupan, baik aspek perbuatan dan ucapan, maka kehidupan bisa bertahan lebih lama.

Foto dan Teks: Yudhi Mahatma

PHOTO STORY LAINNYA