Kontan Online
PHOTO STORY / UKM

Warna-warni lukisan Jelekong

Selasa, 15 November 2016


Tiga pria duduk bersimpuh. Kuas yang sudah dicelup cat akrilik perlahan mereka sapukan di atas kanvas. Perlahan kemudian imaji pun muncul: buruh tani di sawah, ikan koi yang sedang berenang, dan bunga mawar dalam vas.

Itulah sepenggal kisah produksi lukisan di salah satu sudut sanggar lukis di kawasan desa wisata Jelekong, Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Perkampungan yang berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Bandung ini berubah menjadi kampung budaya dan wisata setelah hampir empat dekade memproduksi gambar atau lukisan secara massal.

Keahlian melukis pada penduduk Jelekong diwariskan secara turun-temurun. Pelukis Odin Rohidin adalah orang pertama yang memperkenalkan seni lukis di desa tersebut pada tahun 1970-an. Dari Odin Rohidin, warga berguru melukis yang kemudian membentuk kampung pelukis di Jelekong.

Saat ini ratusan kepala keluarga di Jelekong menggantungkan hidupnya dari produksi lukisan-lukisan itu. Salah seorang pemilik sanggar lukis, Willy, merupakan generasi kedua dalam keluarganya yang menekuni bisnis lukisan. Ayahnya, Haji Kosim, adalah salah satu murid Odin Rohidin.

Willy yang menaungi 10 pelukis di sanggarnya, bisa menghasilkan sekitar 500 lembar lukisan berbagai ukuran dengan rentang harga Rp 50.000 hinggga jutaaan rupiah.

Lukisan-lukisan itu dipasarkan selain ke daerah Braga di Bandung, juga ke berbagai kota seperti Bali, Surabaya, Semarang, Jogjakarta, bahkan hingga ke Malaysia.

Selera pasar akan lukisan Jelekong senantiasa berubah. Jika dulu pemandangan khas pedesaan menjadi primadona pasar, kini lukisan ikan koi dan lukisan abstrak perlahan diminati pasar.

"Kunci untuk bertahan yakni selalu berinovasi dan peka membaca selera pasar," kata Willy, yang bersama pelukis di sanggarnya kini melukis tidak hanya dengan kuas, tapi juga dengan potongan sandal jepit dan busa.

Foto dan teks : Andika Wahyu

PHOTO STORY LAINNYA