Kontan Online
PHOTO STORY / REGIONAL

Rupiah dari seribu langkah pejalan kaki

Minggu, 18 September 2016


Perasaan geli ingin tertawa, iba, atau bahkan takut, mungkin menghampiri kita yang pernah melihat aksi orang-orang yang mengenakan kostum boneka berkepala besar ini. Namun bukan tanpa tujuan, karena inilah cara mereka untuk memperoleh penghasilan. Mereka berjoget sambil diiringi musik, demi mendapatkan sejumlah koin bernilai lima ratus hingga seribu rupiah. Sampai saat ini, kehadiran mereka seakan makin mewarnai sudut-sudut jalan ibu kota.

Perempuan yang mengadu nasib di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan ini adalah salah satunya. Bersama kedua anaknya, ia bisa mengumpulkan lebih dari Rp 100.000 per hari. Namun akhir pekan ini, mungkin pendapatan mereka lebih besar. Pasalnya, ada seorang pejalan kaki yang memberi uang senilai Rp 50.000 sebagai imbalan, karena telah menemukan dan menyimpan dompetnya yang terjatuh di area tersebut.

Saat ditanya, perempuan yang mengenakan kostum boneka berwarna hijau itu tidak mau menyebutkan namanya ataupun nama kedua anaknya. Tidak jelas juga mengapa ia mengikutsertakan anak-anak tersebut dalam pekerjaannya, padahal mereka masih menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar.
Tentunya ini bertolak belakang dengan rencana pemerintah untuk mewujudkan Indonesia yang bebas pekerja anak di tahun 2022, yang didasari masih tingginya jumlah pekerja anak, khususnya di kawasan industrial yang tersebar di 138 kabupaten kota, di 24 provinsi.

Waktu terus berjalan, mendung tampak membayangi langit Jakarta. Ibu dan kedua anaknya masih setia menanti rupiah dari para pejalan kaki maupun pengendara. Jika Anda berada di posisi mereka, apa yang akan Anda lakukan? Jika Anda dipercaya sebagai pejabat pemerintah daerah, kebijakan apa yang akan Anda keluarkan? Jika Anda adalah bagian dari pekerja di ibukota, sikap apa yang akan Anda pilih?

Semoga masing-masing dari kita bisa menjawabnya dengan akal budi dan hati nurani, karena inilah potret Jakarta dengan seluk beluk permasalahannya, yang tidak pernah mudah untuk disikapi, tapi setia menanti solusi.

Naskah dan Foto: Fransiskus Simbolon

PHOTO STORY LAINNYA