Kontan Online
PHOTO STORY / STYLE

Perayaan Seren Taun Cisungsang

Sabtu, 03 September 2016


Alunan suara angklung diiringi suling khas tanah Sunda dan suara tumbukan padi di lesung terdengar sejak matahari menyinari Desa Adat Cisungsang di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, akhir Agustus lalu.

Ribuan masyarakat kasepuhan Cisungsang pun berbondong-bondong memadati halaman Imah Gede atau rumah besar dan Bale Ageung guna melaksanakan Upacara Adat Seren Taun 2016.

Seren Taun Kasepuhan Cisungsang merupakan acara penyerahan hasil bumi berupa padi yang dihasilkan dalam kurun waktu satu tahun untuk disimpan ke dalam lumbung atau dalam bahasa Sunda disebut leuit. Ada dua leuit, yaitu lumbung utama yang biasa disebut leuit sijimat, leuit ratna inten, atau leuit indung, serta leuit pangiring atau leuit leutik (lumbung kecil).

Masyarakat adat Cisungsang hidup dari mata pencaharian sebagai petani. Karena itu, masyarakat Cisungsang sangat mengagungkan padi atau saripohaci, dengan keyakinan bahwa padi sebagai sumber kehidupan.

Seren Taun dilakukan oleh empat desa yang menjadi satu kesatuan adat atau kasepuhan, yakni Desa Cicarucub, Bayah, Citorek, dan Cipta Gelar. Cisungsang memiliki wilayah kurang lebih 2.800 kilometer persegi dan terletak di kaki Gunung Halimun.

Kawasan Cisungsang merupakan masyarakat adat karena dipimpin oleh Kepala Adat, dimana, proses pemilihannya melalui wangsit dari Karuhun. Pergantian kepala adat saat ini sudah berlangsung empat kali atau empat generasi. Pertama Embah Buyut, kedua Uyut Sakrim, generasi ketiga dipimpin oleh Oot Sardani, dan kepala adat saat ini yaitu Abah Usep.

Ritual Seren Taun sudah berlangsung kurang lebih 700 tahun. Seren Taun dilakukan setiap tahun dan untuk tahun berikutnya maju sepuluh hari dari tahun sebelumnya. Kegiatan seren taun ini berlangsung selama tujuh hari tujuh malam.

Hingga kini, tradisi leluhur ini terus dijaga guna menjaga warisan budaya Banten Kidul.

Naskah dan Foto: Carolus Agus Waluyo

PHOTO STORY LAINNYA