Kontan Online
PHOTO STORY / REG

Torang Baku Tukar Sudah…

Jumat, 20 September 2019


Mama Ina harus berangkat sejak pukul 03.00 WITA dini hari dari rumahnya. Hal itu bukan karena ia harus berjualan sejak pagi, tetapi jarak rumah antara tempat ia berjualan memang jauh membutuhan waktu 1,5 jam kurang lebih Mama Ina biasa menjual hasil kebunnya di Pasar Desa Warloka, sedangkan ia tinggal di Kampung Kenari, Desa Warloka, kabupaten Manggarai Barat, kota Labuan Bajo, Flores Nusa Tenggara Timur (NTT).

Desa Warloka merupakan desa yang memiliki tiga kampung, yaitu Kampung Warloka, Kampung Kenari, serta Kampung Cumbi. Ketiganya memiliki jarak yang jauh. Ditambah lagi dengan kondisi jalan darat yang tidak memadai.

Pasar yang hanya digelar seminggu sekali setiap hari Selasa ini dibuka sejak pukul 06.00 hingga 09.00 WITA. Barang yang diperdagangkan di pasar Desa Warloka umumnya hasil bumi dan hasil laut. Penduduk yang bermukim di pesisir pantai membawa hasil laut sedangkan dari pegunungan membawa sayuran, buah, beras, dan umbi-umbian.

Barang dari penduduk dari pegunungan diangkut oleh sebuah truk. Jadi setelah selesai berjualan, para penjual yang tinggal di Kampung lain pulang menggunakan angkutan berupa truk itu. Ada pula penduduk dari pulau lain yang menggunakan perahu untuk datang dan kembali ke kampung mereka karena pasar Warloka terletak ditepi pantai.

Di Pasar Desa Warloka, sistem pembayaran memakai dua cara yaitu tunai dan non tunai. Non tunai yang dimaksudkan bukan uang digital melainkan sistem tukar-menukar barang atau barter. Khusus pakaian, sepatu, sandal, panci, atau kebutuhan semacam itu tidak bisa barter, tetapi hanya bisa dibayar dengan uang. Namun, dagangan lainnya contohnya udang, cumi, ikan pari, ikan cumi atau hasil lautnya dapat ditukar dengan sayuran seperti bayam, kangkung, tomat, sawi, bahkan beras dan lain-lain.

Sistem barter ini masih digunakan karena tradisi dari zaman dulu. Kendati system barter sudah tidak diterapkan seperti dulu , jika dulu semuanya selalu dengan tukar-menukar, sedangkan sekarang sudah ada beberapa yang dibayarkan dengan uang. Selain itu, sistem barter ini juga diterapkan ketika barang dagangan sesama penjual belum habis, lalu para penjual di pasar itu saling berdiskusi. Nanti, ketika mereka sudah tahu apa yang dibutuhkan barulah saling menukar barang dagangannya.

Para penjual tidak melihat dari harga tapi berdasarkan kebutuhan masing-masing saja. Meski sayur lebih murah dari ikan tidak akan masalah bagi warga di sana, asalkan tetap disesuaikan jumlah kebutuhannya.

So kalo ko butuh ikan sa butuh sayur, torang baku tukar sudah….

PHOTO STORY LAINNYA