PHOTO STORY / LAB

Perempuan di Antara Rokok Kretek

Pelinting rokok kretek
Pekerja melinting rokok kretek pada pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) di Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.(KONTAN/Muradi)
Sisa tembakau
Pekerja menggunting sisa tembakau pada batang rokok di pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) di Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.(KONTAN/Muradi)
Rokok kretek
Pekerja mengumpulkan batang rokok kretek sebelum dikemas pada pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) di Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.(KONTAN/Muradi)
Pelinting rokok kretek
Para pekerja mengumpulkan batang rokok kretek sebelum dikemas pada pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) di Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.(KONTAN/Muradi)
Pita cukai rokok
Pekerja menempelkan pita cukai pada kemasan rokok di pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) di Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.(KONTAN/Muradi)
Pengemasan rokok kretek
Pekerja mengemas rokok pada pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) di Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.(KONTAN/Muradi)

Tak tok tak tok.. Suara alat pelinting rokok terdengar saat memasuki ruang produksi di salah satu pabrik rokok kretek di Selong, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Tak hanya suara dari alat pelinting yang terdengar bising, namun suara alunan musik pun menemani pekerja dalam melinting rokok kretek.

Pekerja yang seluruhnya perempuan ini begitu cekatan menggunakan alat pelinting rokok. Setelah dilinting, tangan terampil mereka pun menggunting sisa tembakau yang menyisa di ujung sebatang rokok.

Pabrik Rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) ini mempunyai 200 karyawan yang bekerja dari pagi hingga sore hari. Para buruh pelinting rokok ini dibayar Rp 32 per batang, dengan target melinting 2.000 batang rokok per orang dalam sehari.

Sektor industri sigaret kretek tangan yang padat karya ini menyerap banyak tenaga kerja perempuan dalam produksinya. Industri Hasil Tembakau (IHT) di daerah penghasil produk tembakau menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi keluarga.

Teks dan Foto: Muradi

PHOTO STORY LAINNYA