PHOTO STORY / MINERAL

Kembang-kempis industri kapur tradisional

Industri pembakaran kapur tradisional
Buruh memikul batu kapur untuk dibakar di industri pembakaran kapur tradisional Bongas, Majalengka, Jawa Barat (18/10). (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)
Memikul batu kapur
Buruh memikul batu kapur untuk dibakar.(KONTAN/Cheppy A. Muchlis)
Memikul batu kapur
Buruh memikul batu kapur untuk dibakar.(KONTAN/Cheppy A. Muchlis)
Membakar batu kapur
Buruh memasukkan batu kapur ke dalam tungku untuk dibakar.(KONTAN/Cheppy A. Muchlis)
Membakar batu kapur
Buruh membakar batu kapur hingga membara.(KONTAN/Cheppy A. Muchlis)
Membakar batu kapur
Buruh membakar batu kapur hingga membara.(KONTAN/Cheppy A. Muchlis)
Memisahkan batu kapur
Buruh memisahkan sebagian batu kapur yang telah dibakar.(KONTAN/Cheppy A. Muchlis)

Pekerja hilir mudik memikul batuan kapur untuk dibakar ke dalam tungku setinggi 20 meter dengan ketebalan sekitar 3 meter.

Batuan kapur mentah ditaburi garam kemudian dibakar di dalam tungku bersuhu sampai 900 derajat celcius untuk mengubah batuan kapur itu menjadi batuan kalsium oksidan (CaO). Hasil bakaran masak lalu digiling menjadi bubuk atau tepung CaO.

Tepung ini dapat digunakan untuk campuran pasta gigi, katalis pemutih gula pasir, disinfektan, sampai bahan bata ringan.

Sekarang, tak semua tungku masih menyala. Yang masih beroperasi pun sudah berusia puluhan tahun.

Jalan Raya Bongas di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, menjadi saksi naik-turunnya industri pembakaran kapur tradisional.

Naskah dan foto: Cheppy A. Muchlis

PHOTO STORY LAINNYA