PHOTO STORY / UKM

Mewarnai hidup dengan lampion

Produksi lampu hias lampion
Para pekerja menyelesaikan pembuatan lampion lampu berbahan baku rotan sintetis di Desa Ngenep, Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur.(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Produksi lampu hias lampion
Pekerja menyelesaikan pembuatan lampion lampu berbahan baku rotan sintetis.(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Produksi lampu hias lampion
Pekerja menyelesaikan pembuatan lampion lampu berbahan baku rotan sintetis.(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Bahan baku rotan sintetis
Rotan sintetis menjadi bahan baku untuk pembuatan lampion lampu.(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Rangka besi lampu hias
Rangka besi berbentuk bintang untuk pembuatan lampu lampion.(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Menganyam rotan
Pekerja menganyam rotan sintetis untuk membuat lampu hias berbentuk lampion.(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Sisa bahan baku rotan sintetis
Potongan sisa bahan baku rotan sintetis untuk pembuatan lampion lampu.(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Produksi lampu hias lampion
Pekerja menyelesaikan pembuatan lampion lampu berbahan baku rotan sintetis.(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Produksi lampu hias lampion
Pekerja menyelesaikan pembuatan lampion lampu berbahan baku rotan sintetis.(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)

Saat Anda berkunjung ke kafe, menginap di sebuah hotel, atau sekedar berjalan-jalan di taman kota, terkadang Anda menemui lampion-lampion lampu cantik berwarna-warni. Tahukah anda terbuat dari apa dan di mana lampion lampu itu dibuat?

Salah satu lokasi perajin lampion lampu ada di Desa Ngenep, Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Rokim bersama sejumlah tangan-tangan terampil dengan lincah menganyam rotan sintetis mengikuti pola rangka besi yang sudah membentuk lampion lampu. Hanya butuh beberapa jam setiap perajin dapat menyelesaikan pembuatan lampion lampu berwarna warni. Untuk perajin yang sudah terampil menganyam, dalam satu hari dapat menyelesaikan lima sampai tujuh lampion. Butuh satu sampai tiga bulan untuk menjadi perajin yang terampil menganyam.

Bahan baku lampion lampu diambil dari rotan sintetis karena lebih mudah dalam proses pembuatan dengan warna yang dapat lebih bervariasi. Daya tahan yang lebih lama terhadap cuaca apabila lampion dipajang di luar ruang juga menjadi salah satu faktor perajin lampion memilih menjadikan bahan baku. Dibandingkan bila harus menggunakan rotan alam yang membutuhkan proses pewarnaan yang lebih lama, dan warna yang monoton serta ketahanan terhadap cuaca yang tidak lama.

Lampion lampu ini memakai rangka besi yang yang dilas saling menyatukan supaya menjadi kuat, tahan banting dan tidak gampang bengkok.

Rokim sebagai perajin lampion lampu membeli bahan baku di salah satu pabrik pembuat rotan sintetis di Malang dengan harga Rp 41.000 sampai Rp 42.000 per kilogram. Sekali belanja bahan baku, Rokim bisa menghabiskan 40 kg per warna dengan variasi 14 warna.

Rokim sendiri mempunyai 50 variasi desain lampion lampu serta tidak tertutup kemungkinan akan desain lainnya yang diinginkan oleh pemesan. Dengan tenaga kerja 20 orang, home industry ini dapat menghasilkan 1.000 lampion lampu per minggu. Bicara soal harga, lampion lampu buatan Rokim dijual dari harga Rp 45.000 sampai Rp 3 juta tergantung desain, bentuk dan ukuran.

Lampion lampu produksi Rokim sudah menguasai 65% pangsa pasar untuk lokal Indonesia. Sayangnya, untuk pasar luar negeri Rokim sendiri masih terkendala bahasa asing.

Naskah dan Foto: Carolus Agus Waluyo

PHOTO STORY LAINNYA