Kontan Online
PHOTO STORY / REGIONAL

Lebih dekat dengan Batik Pekalongan

Jumat, 10 November 2017


Batik telah lama hadir dan menjadi bagian dari budaya khas Nusantara bahkan telah ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi UNESCO pada 2 oktober 2009 lalu.

Salah satu kota perajin batik ternama adalah Pekalongan, dan merupakan sentra produsen batik di Indonesia. Membatik menjadi mata pencaharian mayoritas penduduk kota, bahkan hampir semua rumah penduduk dijadikan tempat produksi batik, baik itu batik tulis maupun cap ataupun kombinasi keduanya bahkan batik printing.

Proses produksi batik menjadi kegiatan keseharian masyarakatnya, hampir secara keseluruhan dikerjakan di rumah masing-masing. Mulai dari proses pemilihan kain, pembuatan warna baik itu menggunakan warna zat kimia maupun pewarnaan alam, hingga hasil akhir menjadi selembar kain batik serta gerai toko penjualan.

Untuk mengurangi penggunaan bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan, perajin kini menerapkan proses pewarnaan alami dengan menggunakan tanaman sekitar. Sebut saja seperti tanaman Indigo yang dapat menghasilkan warna biru, Jelawe yang menghasilkan warna kuning, akar pace menghasilkan warna merah dan sebagainya.

Untuk memasarkan batik, beragam cara dilakukan perajin untuk mendapatkan pelanggan. Mulai dari dijual ke pusat grosir batik, pemesanan khusus baju seragam sekolah maupun instansi, penjualan melalui galeri masing-masing perajin, hingga dijual melalui website ataupun media sosial.

Batik pekalongan tidak hanya kesohor di dalam negeri saja, namun juga di mancanegara, seperti Amerika, Jepang dan Eropa yang telah menjadi peminatnya. Bahkan beberapa pelanggan di mancanegara mengenal beberapa perajin secara langsung untuk memudahkan pemesanan khusus sesuai permintaan.

Harga selembar kain pun bervariasi, mulai dari Rp75 ribu hingga puluhan juta rupiah. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, nilai ekspor batik dan produk batik pada semester 1 tahun 2017 mencapai US$ 39,4 juta atau setara Rp 528 miliar.

Atas pencapaian itu kota Pekalongan pun mendapat julukan Kota Batik, dan masuk dalam jaringan Kota Kreatif UNESCO pada tanggal 1 Desember 2014.

Foto dan Teks: Harviyan Perdana Putra

PHOTO STORY LAINNYA