PHOTO STORY / ENV

Setahun Citarum Harum

Patroli Hulu Sungai Citarum
Anggota TNI mengambil sampah saat melakukan patroli bersih di Kawasan Hulu Sungai Citarum, Situ Cisanti, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (13/3/2018).(ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)
Revitalisasi Sungai Citarum
Sungai Citarum di kawasan Rajamandala, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (15/1/2018). (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)
Mencari ikan di Sungai Citarum
Nelayan mencari ikan di Sungai Citarum kawasan Rajamandala, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Minggu (11/2/2018).(ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)
Pencemaran limbah industri
Foto udara limbah industri di Sungai Cihaur yang bermuara ke Sungai Citarum di Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (11/4/2018). (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)
Sampah Sungai Citarum
Sampah di aliran Sungai Citarum Lama, Margaasih, Kabupaten Bandung, Minggu (30/12/2018).(ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)
Sampah Sungai Citarum
Warga mencari ikan diantara sampah dan eceng gondok di Sungai Citarum Kawasan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (26/6/2018). (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)
Sampah Sungai Citarum
Kondisi sampah yang menumpuk di Sungai Citarum Lama, Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (30/12/2018). (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)
Banjir luapan Sungai Citarum
Foto udara permukiman terdampak banjir di Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (26/2/2018). (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)
Banjir luapan Sungai Citarum
Warga membawa perlengkapan tidur untuk mengungsi dari rumahnya yang terendam banjir di Kampung Bojong Asih, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Senin (12/11/2018). (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)
Banjir luapan Sungai Citarum
Anak-anak bermain saat banjir di Kampung Bojong Asih, Desa Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (6/3/2018).(ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)

Setahun sudah program Citarum Harum berjalan. Program yang kembali digelorakan untuk memulihkan sungai terpanjang di Jawa Barat ini digagas langsung oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.

Kodam III Siliwangi, Polda Jawa Barat, serta pegiat lingkungan turut dikerahkan untuk merevitalisasi Citarum. Sungai dengan panjang 297 kilometer itu memiliki tiga permasalahan yang akut, yaitu limbah, sampah, dan banjir.

Sejak beragam industri berkembang pada 1970-an, perubahan warna air mulai terjadi di sungai kebanggan warga Jawa Barat ini. Limbah tanpa diolah hasil buangan sejumlah pabrik nakal telah meracuni seisi mahkluk hidup yang menghuni sungai.

Kepala Loka Riset Pemacuan Stok Ikan di Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Didik Wahju Hendro Tjahjo mengatakan, sebanyak 14 jenis ikan asli Sungai Citarum diperkirakan telah punah dalam kurun 40 tahun hingga 2007. Selain oleh perubahan habitat pemijahan dan pembesaran akibat pembendungan sungai, ikan-ikan itu punah karena tak mampu beradaptasi dengan air yang kian tercemar oleh limbah.

Pada 2014, sebuah media Inggris menayangkan laporan dokumenter soal pencemaran Sungai Citarum yang berjudul 'Unreported World, The World's Dirtiest River'. Hal itu senada dengan data dari Dinas Lingkungan Hidup yang menyebutkan bahwa setiap harinya Sungai Citarum menerima 1.500 ton sampah baik dari sampah rumah tangga maupun limbah industri.

Saat musim penghujan datang, warga bantaran Sungai Citarum khususnya di wilayah Bandung Selatan kerap kali dihantui oleh banjir. Menurut warga sekitar, banjir telah ada saat mereka membangun rumah di sana.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, salah satunya dengan membangun kolam retensi Cieunteung. Namun, usaha tersebut tidak membuahkan hasil, banjir masih terjadi saat hujan besar datang.

Setelah setahun program Citarum Harum berjalan, banyak hal telah dilakukan oleh pemangku kebijakan, seperti pembersihan Nol Kilometer Citarum di Situ Cisanti dan pembentukan satgas dari hulu hingga ke hilir oleh Kodam III Siliwangi.

Presiden Joko Widodo menargetkan dalam kurun waktu tujuh tahun, air dari daerah aliran sungai (DAS) Citarum yang memiliki luas 721.945,66 hektar dapat diminum oleh masyarakat. DAS ini menjadi penting karena menjadi sumber 80 persen kebutuhan air minum penduduk Jawa Barat.

Foto dan teks: Raisan Al Farisi

PHOTO STORY LAINNYA