PHOTO STORY / REG

Merawat Tradisi Tumbilotohe

Swafoto
Sejumlah warga berswafoto di lokasi wisata lampu listrik hias di Kota Gorontalo, Gorontalo.(ANTARAFOTO/Adiwinata Solihin)
Menyiapkan botol lampu minyak
Seorang anak menata botol yang akan digunakan sebagai lampu minyak untuk tradisi malam pasang lampu atau Tumbilotohe.(ANTARAFOTO/Adiwinata Solihin)
Wisata lampu hias
Arkus yang dihiasi dengan lampu listrik dipadukan dengan ribuan lampu botol di Tabongo, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo.(ANTARAFOTO/Adiwinata Solihin)
Botol lampu minyak
Anak-anak memegang botol lampu minyak saat merayakan Festival Tumbilotohe di Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.(ANTARAFOTO/Adiwinata Solihin)
Festival Tumbilotohe
Sejumlah warga mengunjungi lokasi festival Tumbilotohe di Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.(ANTARAFOTO/Adiwinata Solihin)
Ketua Adat Limboto
Ketua Adat Limboto atau Bate Lo Limutu, Darisman Katili memegang obor usai menyalakan lampu minyak yang digantung di arkus.(ANTARAFOTO/Adiwinata Solihin)
Wisata lampu hias
Warga mengunjungi lokasi wisata lampu listrik hias di Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.(ANTARAFOTO/Adiwinata Solihin)
Festival Tumbilotohe
Sejumlah warga berfoto di hamparan ribuan lampu minyak dan replika perahu layar pada perayaan Tumbilotohe di Tabongo, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo.(ANTARAFOTO/Adiwinata Solihin)
Wisata lampu hias
Sejumlah warga berswafoto di lokasi wisata lampu listrik hias di Desa Lamahu, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.(ANTARAFOTO/Adiwinata Solihin)
Botol lampu minyak
Seorang warga memegang lampu botol di lokasi wisata lampu listrik hias Desa Lamahu, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.(ANTARAFOTO/Adiwinata Solihin)

Malam pasang lampu atau Tumbilotohe merupakan tradisi yang selalu dilakukan masyarakat Gorontalo dalam menyambut malam Lailatulkadar pada hari ketiga menjelang hari raya Idulfitri.

Tradisi ditandai dengan penyalaan lampu minyak yang digantung di arkus (gerbang kecil yang terbuat dari bambu dan janur kuning) oleh kepala daerah diringi oleh suara tetabuhan gendang oleh pemangku adat tepat setelah waktu berbuka puasa. Setiap halaman rumah, masjid, perkantoran hingga jalanan jadi terang benderang oleh cahaya lampu minyak dengan menggunakan botol ataupun obor.

Tradisi Tumbilotohe sudah berlangsung sejak abad XV yang pelaksanaannya dimaksudkan untuk memudahkan warga yang ingin memberikan zakat fitrah di malam hari dengan memberi penerangan sekaligus berarti menerangi hati manusia.

Menurut Kepala Adat Limboto atau Bate Lo Limutu, Darisman Katili, sejatinya Tumbilotohe berkaitan erat dengan empat unsur di dunia, yaitu api, tanah, air dan angin. Karenanya tradisi tersebut sejak zaman dahulu menggunakan lampu dari getah damar serta lampu minyak tanah maupun minyak kelapa yang digantung pada arkus.

Seiring waktu berjalan, sejumlah masyarakat Gorontalo di berbagai wilayah kabupaten dan kota di daerah itu mulai merayakan Tumbilotohe dengan menyalakan lampu listrik hias sehingga makin menambah semarak suasananya. Tidak hanya di halaman rumah, jalanan di Gorontalo pun bersolek dengan aneka warna lampu hias.

Meski sempat memunculkan persoalan tentang digunakannya lampu listrik karena dapat menyalahi tradisi lampu minyak, namun akhirnya masyarakat mempergunakan kedua jenis lampu itu untuk dipadukan menjadi atraksi yang menarik banyak pengunjung dari berbagai daerah.

Bahkan kini di sejumlah wilayah dijadikan lokasi khusus wisata lampu dengan atraksi lampu hias yang menarik untuk dijadikan latar berswafoto bagi pengunjung.

Semua itu dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman sehingga tradisi Tumbilotohe yang telah menjadi ikon Gorontalo itu tetap menarik dan menjadi kebanggaan masyarakatnya.

Foto dan Teks: Adiwinata Solihin

PHOTO STORY LAINNYA