PHOTO STORY / UKM

Gerabah Kasongan kekurangan bahan

Perajin gerabah
Perajin gerabah beraktivitas di bengkel kerjanya di desa wisata Kasongan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)
Perajin gerabah
Perajin gerabah beraktivitas di bengkel kerjanya di desa wisata Kasongan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)
Perajin gerabah
Perajin gerabah beraktivitas di bengkel kerjanya di desa wisata Kasongan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)
Kerajinan gerabah
Gerabah siap dibakar pada tungku pembakaran.(KONTAN/Cheppy A. Muchlis)
Perajin gerabah
Perajin gerabah beraktivitas di bengkel kerjanya di desa wisata Kasongan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)
Sentra kerajinan gerabah
Selain dipasarkan keluar Bantul, gerabah Kasongan juga dijual di sentra kerajinan untuk konsumsi wisatawan.(KONTAN/Cheppy A. Muchlis)
Pemasaran gerabah
Gerabah siap dipasarkan ke wilayah lain di luar desa Kasongan, Bantul.(KONTAN/Cheppy A. Muchlis)
Sentra kerajinan gerabah
Selain dipasarkan keluar Bantul, gerabah Kasongan juga dijual di sentra kerajinan untuk konsumsi wisatawan.(KONTAN/Cheppy A. Muchlis)

Desa Kasongan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang jauh dari kesan modern, sudah sejak lama dikenal sebagai sentra kerajinan gerabah keramik berkualitas tinggi. Gerabah keramik asal Kasongan pun diminati oleh warga Eropa dan sekitarnya.

Setidaknya ada sekitar 350 perajin gerabah di kawasan ini yang bergelut dengan tanah liat untuk memproduksi gerabah keramik. Dalam sebulan, setiap perajin mampu membuat sekitar 1.000 buah gerabah keramik. Sebanyak 70% dari hasil produksi gerabah diekspor ke pasar benua biru.

Sayangnya, di tengah lonjakan permintaan ekspor, ketersediaan tanah liat justru kian terbatas. Harga tanah liat dalam bak satu mobil pikap yang sekitar dua tahun lalu dihargai hanya Rp 80.000, kini melambung menjadi sebesar Rp 200.000.

Para perajin bahkan terpaksa “mengimpor” tanah liat dari luar Kasongan, seperti Godean dan wilayah sekitarnya. Jika tanah liat tak mencukupi, para perajin terpaksa mencampurnya dengan pasir. Tak hanya tanah liat saja, tak sedikit tenaga perajin di Kasongan ini juga didatangkan dari daerah lain seperti Brebes, Jawa Tengah dan Ciamis, Jawa Barat.

Teks dan foto: Cheppy A Muchlis

PHOTO STORY LAINNYA