PHOTO STORY / STYLE

Perayaan Seren Taun Cisungsang

Memikul rengkong
Arak-arakan petani memikul rengkong padi saat perayaan Seren Taun di Desa Cisungsang, Lebak Banten, Minggu (28/8).(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Bersiap perayaan
Petani bersiap untuk perayaan Seren Taun di Desa Cisungsang, Lebak Banten, Minggu (28/8).(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Bersiap perayaan
Petani memikul rengkong padi saat perayaan Seren Taun di Desa Cisungsang, Lebak Banten, Minggu (28/8).(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Memikul rengkong
Arak-arakan petani memikul rengkong padi saat perayaan Seren Taun di Desa Cisungsang, Lebak Banten, Minggu (28/8).(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Menyiapkan sesaji
Petani mempersiapkan persembahan sesaji untuk perayaan Seren Taun di Desa Cisungsang, Lebak Banten, Minggu (28/8).(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Memulai perayaan
Masyarakat memainkan musik angklung dan gendang dogdog perayaan Seren Taun di Desa Cisungsang, Lebak Banten, Minggu (28/8).(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Mengucap syukur
Para petani dan wakil kesepuhan Rendangan melakukan ritual doa perayaan seren taun di desa Cisungsang Lebak, Banten, Minggu (28/8).(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Memanjatkan doa
Memanjatkan doa di perayaan Seren Taun di Desa Cisungsang, Lebak Banten, Minggu (28/8).(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Rendangan
Para Rendangan atau wakil abah kasepuhan saat mengikuti perayaan Seren Taun di Desa Cisungsang, Lebak Banten, Minggu (28/8). (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Menonton perayaan
Warga dan masyarakat umum menyaksikan perayaan Seren Taun di Desa Cisungsang, Lebak Banten, Minggu (28/8). (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Menyimpan padi di lumbung utama
Petani menyimpan padi di lumbung utama atau leuit sijimat usai perayaan Seren Taun di Desa Cisungsang, Lebak Banten, Minggu (28/8). (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Lumbung padi kecil
Lumbung padi kecil atau leuit leutik di Desa Cisungsang, Lebak Banten, Minggu (28/8). (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Dapur umum
Aktivitas warga yang berada di dapur umum memasak makanan untuk tamu perayaan Seren Taun di Desa Cisungsang, Lebak Banten, Minggu (28/8).(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Makan bersama
Makan bersama usai perayaan Seren Taun di Desa Cisungsang, Lebak Banten, Minggu (28/8).(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)
Menumbuk padi
Para ibu menumbuk padi dengan lesung saat perayaan Seren Taun di Desa Cisungsang, Lebak Banten, Minggu (28/8).(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)

Alunan suara angklung diiringi suling khas tanah Sunda dan suara tumbukan padi di lesung terdengar sejak matahari menyinari Desa Adat Cisungsang di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, akhir Agustus lalu.

Ribuan masyarakat kasepuhan Cisungsang pun berbondong-bondong memadati halaman Imah Gede atau rumah besar dan Bale Ageung guna melaksanakan Upacara Adat Seren Taun 2016.

Seren Taun Kasepuhan Cisungsang merupakan acara penyerahan hasil bumi berupa padi yang dihasilkan dalam kurun waktu satu tahun untuk disimpan ke dalam lumbung atau dalam bahasa Sunda disebut leuit. Ada dua leuit, yaitu lumbung utama yang biasa disebut leuit sijimat, leuit ratna inten, atau leuit indung, serta leuit pangiring atau leuit leutik (lumbung kecil).

Masyarakat adat Cisungsang hidup dari mata pencaharian sebagai petani. Karena itu, masyarakat Cisungsang sangat mengagungkan padi atau saripohaci, dengan keyakinan bahwa padi sebagai sumber kehidupan.

Seren Taun dilakukan oleh empat desa yang menjadi satu kesatuan adat atau kasepuhan, yakni Desa Cicarucub, Bayah, Citorek, dan Cipta Gelar. Cisungsang memiliki wilayah kurang lebih 2.800 kilometer persegi dan terletak di kaki Gunung Halimun.

Kawasan Cisungsang merupakan masyarakat adat karena dipimpin oleh Kepala Adat, dimana, proses pemilihannya melalui wangsit dari Karuhun. Pergantian kepala adat saat ini sudah berlangsung empat kali atau empat generasi. Pertama Embah Buyut, kedua Uyut Sakrim, generasi ketiga dipimpin oleh Oot Sardani, dan kepala adat saat ini yaitu Abah Usep.

Ritual Seren Taun sudah berlangsung kurang lebih 700 tahun. Seren Taun dilakukan setiap tahun dan untuk tahun berikutnya maju sepuluh hari dari tahun sebelumnya. Kegiatan seren taun ini berlangsung selama tujuh hari tujuh malam.

Hingga kini, tradisi leluhur ini terus dijaga guna menjaga warisan budaya Banten Kidul.

Naskah dan Foto: Carolus Agus Waluyo

PHOTO STORY LAINNYA